Kamis, 07 Mei 2009

DEFENSIVE DRIVER BEHAVIOUR

Tujuan DDB adalah untuk menghindarkan terjadinya kecelakaan kendaraan

bermotor dimanapun dan kapanpun.

Keselamatan adalah kunci sukses anda bekerja, tidak ada arti yang lain jika

anda mendapatkan kecelakaan dalam bentuk apapun, karena setiap

kecelakaan menimbulkan kerugian baik phisik maupun non phisik.

Maka untuk itu anda diharuskan mematuhi semua aturan-aturan yang

berhubungan dengan Keselamatan Kendaraan Bermotor yang berlaku di

daerah kerja Perusahaan seperti berikut;


A. Surat Izin Mengemudi

Hanya pegawai yang memiliki surat izin mengemudi (SIM) saja yang diizinkan

untuk mengendarai kendaraan bermotor perusahaan dan kendaraan.


B. Tanggung Jawab Pengemudi

1. Mengemudi tanpa kecelakaan untuk urusan Perusahaan merupakan kunci

tanggung jawab tugas. Hal ini merupakan sikap seorang pengemudi profesional.

a) Seorang pengemudi profesional harus bersikap sempurna untuk menjaga

agar pada setiap perjalanan tidak terjadi kecelakaan, tidak ada hampir terjadi

kecelakaan, tidak ada pelanggaran lalu lintas, tidak ada keterlambatan, tidak

ada kerusakan mekanis yang disebabkan oleh kelalaian mengemudi.

b) Sikap seorang pengemudi profesional dibuktikan dari tanggung jawabnya

terhadap yang berikut:

− melakukan pemeriksaan pra-perjalanan atas kendaraan dan peralatan

darurat

− menjaga keselamatan penumpang, termasuk penggunaan sabuk pengaman

oleh setiap orang,

− melaporkan kerusakan untuk dilakukan perbaikan,

− merencanakan rute,

− mematuhi undang-undang lalu-lintas, dan

− menjadi pengemudi yang defensif.

c) Mencegah terjadinya kecelakaan walaupun cuaca buruk, kesalahan orang

lain, keadaan jalan yang buruk dll.


2. Pengemudi kendaraan Perusahaan juga bertanggung jawab atas keselamatan

pegawai yang membantu memunggah atau menurunkan muatan, atau mereka

yang bekerja diatas atau di sekitar kendaraan.


3. Semua pengemudi harus mengikuti kursus mengemudi defensif, ikut serta

dalam program penjelasan serta mengikuti kursus penyegar setengah hari

setiap dua atau tiga tahun sekali.


4. Pengemudi bertanggung jawab terhadap akibat pelanggaran.






5. Pengemudi CPI harus melakukan pemeriksaan pra-perjalanan mengenai:

a. Registrasi kendaraan yang masih berlaku

b. Prosedur kecelakaan / perbaikan

c. Kondisi dan operasi setiap bagian kendaraan


6. Pengemudi tidak diizinkan mengoperasikan peralatan perusahaan yang rusak

atau tidak menurut undang-undang.


C. Prinsip-Prinsip Mengemudi Defensif

Semua pengemudi harus mengikuti teknik dan taktik mengemudi dengan defensif

berikut:


1. Sasaran Sempurna Dalam Mengemudi

a) Memandang berulang-ulang dalam zona rencana (30 detik + ke depan)

b) Memandang dengan konsisten selama 15 detik.

c) Melihat ke depan untuk mengantisipasi masalah.

d) Mengurangi kecepatan karena sasaran berkurang oleh kepadatan lalu-lintas,

tikungan, bukit, kabut, malam, hujan, dll.

e) Menjaga kendaraan agar tetap berada ditengah.


2. Usahakan Pandangan Yang Lebih Luas

a) Jarak mengikuti dari belakang yang baik: 4-6 detik dalam kondisi ideal; lebih

lama waktunya jika jalan basah/licin; lebih lama ketika dikuntil dari belakang.

b) Jarak mengiring yang cukup memberi kesempatan bagi mata untuk

memandang semua yang ada di sekitar kendaraan.

c) Membuat keputusan lebih awal.


3. Terus Melihat Sekeliling - Pada Ke-empat Sisi Kendaraan Plus

a) Gerakkan mata minimal setiap 2 detik.

b) Lihat kaca spion setiap 5 - 6 detik.

c) Perhatikan simpang sebelum masuk.

d) Hindarkan menatap lama-lama (staring) ketika menilai situasi (berhenti,

kurangi kecepatan, ubah posisi, lihat ke arah lain, bunyikan klakson)

e) Jarak mengiring yang cukup merupakan kunci untuk memperoleh waktu

mengerakkan pandangan.


4. Usahakan Siaga Penuh

a) Dekati persimpangan dengan mengurangi kecepatan hingga merasa pasti

untuk dapat masuk dengan aman dan bersiap untuk berhenti.

b) Dekati sebagian besar persimpangan, terutama persimpangan yang

terhalang, dengan meletakkan kaki pada pedal rem.

c) Jaga jarak sekeliling kendaraan dibahagian depan jika terjepit di tengah-

tengah.

d) Sesuaikan kecepatan untuk menghadapi tindakan pengemudi lain.

e) Pertahankan jarak mengiring yang tepat.

f) Tanya diri sendiri “Bagaimana jika ……? Bersiap-siap untuk menghadapi

tindakan orang lain, keadaan jalan, dan cuaca.

g) Ketika berhenti, jaga agar ada jarak satu kendaraan ke depan.

h) Patuhi peraturan mundur yang aman.




5. Pastikan Bahwa Mereka Melihat Anda

a) Komunikasikan keberadaan dan maksud anda kepada orang lain: bunyikan

klakson, gunakan lampu jauh, lampu rem dan tanda dengan tangan tangan.

b) Pandang mata pengemudi lain dan para pejalan kaki.

c) Hidupkan lampu jauh pada siang hari, terutama pada jalan dua jalur. Hal ini

membantu orang lain untuk melihat anda.

d) Ambil jalur yang benar jauh-jauh hari.


D. Memulai dengan Aman

Pengemudi kendaraan Perusahaan harus berjalan sekeliling kendaraan sebelum

menghidupkan kendaraan tersebut untuk memeriksa kemungkinan adanya

penghalang atau kondisi yang tidak menguntungkan.


E. Mundur dengan Aman

Hindari kecelakaan waktu mundur dengan mempraktekkan prinsip-prinsip

mengemudi defensif berikut:

1. Jika mungkin, JANGAN MUNDUR.

2. Jika masuk fasilitas atau lokasi lapangan, usahakan parkir dimana anda tidak

perlu mundur. Kecuali jika parkir di tempat parkir yang telah ditentukan.

3. Jika pada fasilitas/lokasi ada larangan berputar tanpa mundur, parkir pada jalan

raya dan masuk ke fasilitas dengan berjalan kaki.

4. Posisikan kendaraan anda agar gerakan awal anda nantinya adalah maju ke

depan.

5. Rencanakan parkir anda agar anda dapat maju ke depan jika berangkat nanti.

6. Jika aman, mundurkan kendaraan anda pada tempat parkir agar anda dapat

maju ketika siap untuk berangkat nanti.

7. Jika gerakan awal anda harus mundur, periksa di sekeliling kendaraan anda

sambil berjalan untuk memastikan bahwa ruangan tidak ada penghalang.

8. Mulai mundur dengan segera.

9. Mundur perlahan-lahan.

10. Gerakkan pandangan anda: gunakan kaca spion, lihat keluar jendela, dan putar

tubuh anda untuk melihat keluar melalui jendela belakang jika mungkin.

11. Mundur secukupnya saja sebelum dapat maju.

12. Bunyikan klakson atau gunakan alat lain untuk memastikan bahwa orang lain

melihat anda dan tidak akan bergerak ke ruangan yang anda tuju.

13. Gunakan pemandu jika perlu. Pastikan bahwa pemandu tersebut berdiri di

tempat yang aman, dan anda setuju dengan aba-aba tangan yang dibuatnya,

serta anda berdua saling berpandangan.

14. Sekali lagi, jika mungkin JANGAN MUNDUR!!!







F. Memarkir dengan Aman


1. Jangan parkir di belakang kendaraan lain atau dengan posisi yang menempatkan

kendaraan anda “tidak kelihatan ”oleh pengemudi kendaraan lain.

2. Kendaraan harus diparkir di pinggir jalan yang tidak menghalangi lalu-lintas dan

kendaraan lain.

3. Pintu harus ditutup.

4. Mesin dimatikan.

5. Pastikan bahwa transmisi pada posisi ”parkir” dan pasang rem tangan.

6. Untuk kendaraan yang diparkir pada penurunan dan pendakian:

a. Roda depan dihadapkan dengan benar ke trotoar atau pinggir jalan, dan

b. Pick-up dan truk, yaitu untuk operator lapangan, juru las, dll., roda belakang

harus “dihambat” dengan benar.

c. Pasang rem tangan.

7. Untuk kendaraan tanpa rem angin atau listrik, tidak dijaga:

a. Pasang transmisi otomatis pada posisi “parkir” atau transmisi standar pada

“gigi rendah” berlawanan dengan arah pendakian, serta

b. “Matikan” mesin,

c. Pasang rem tangan,

d. Hambat roda belakang.

8. Untuk kendaraan dengan rem angin atau rem listrik dengan power take-off:

a. Pasang rem tangan dan rem mikro (jika ada), dan

b. Hambat roda belakang dengan benar.

9. Untuk kendaraan dengan rem angin atau rem listrik, tidak menggunakan power

take-off - tidak dijaga:

a. “Matikan” mesin, dan

b. Pasang transmisi pada “gigi rendah”, dan

c. Pasang rem tangan atau rem mikro (jika ada).


G. Penggunaan Sabuk Pengaman

Pengemudi dan penumpang harus memasang sabuk pengaman mereka jika

mengendarai kendaraan perusahaan. Pengemudi bertanggung jawab atas

pemakaian sabuk pengaman oleh penumpang.


H. Pengoperasian yang Aman

1. Perkakas, peralatan, kertas, dll. tidak boleh dibiarkan berserakan dalam ruangan

truk atau ruangan penumpang. Gunakan chart holder atau clipboard untuk

kertas.

2. Memuat Barang

a) Truk atau kendaraan lain tidak boleh dimuat dengan beban melebihi batas

berat untuk barang atau penumpang yang telah ditetapkan.

b) Semua muatan kendaraan harus disusun rapi dan diikat, dan bagian belakang

yang menonjol 4 (empat) kaki melebihi badan kendaraan harus diberi

bendera merah.

c) Bahan peledak, racun serangga, cairan yang mudah menyala dan mudah

terbakar harus diangkut dalam kemasan yang aman diluar ruangan

penumpang. Semua persyaratan undang-undang untuk kemasan, plakat,

label, dll.harus dipatuhi.

d) Jika terjadi kerusakan, kendaraan harus diparkir diluar jalur jalan raya jika

mungkin.

e) Jika kerusakan terjadi dalam jarak 500 kaki dari tikungan, punggung bukit

atau penghalang pemandangan lain, pengemudi harus meletakkan tanda atau

alat peringatan (mis. segitiga merah atau alat yang bercahaya) ke arah yang

memberi peringatan kepada lalu-lintas. Alat pemberi peringatan harus

diletakkan tidak kurang dari 100 kaki atau tidak lebih dari 500 kaki dari

kendaraan yang rusak.


3. Penumpang

Penumpang harus diangkut pada tempat duduk yang telah ditentukan yang

dilengkapi dengan sabuk pengaman atau alat pengaman lain.


4. Telepon genggam.

Telepon genggam tidak boleh digunakan atau menjawab panggilan oleh si

pengemudi sewaktu kendaraan sedang berjalan. Pengemudi harus berhenti

keluar jalan sebelum menggunakan telepon genggam.

Selasa, 05 Mei 2009

Flu Singapura (PENYAKIT)

FLU SINGAPURA - HFMD - KTM
"Flu Singapura" sebenarnya adalah penyakit yang didunia kedokteran dikenal sebagai Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) atau penyakit Kaki, Tangan dan Mulut ( KTM )
Penyakit KTM ini adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus RNA yang masuk dalam famili Picornaviridae (Pico, Spanyol = kecil ), Genus Enterovirus ( non Polio ). Genus yang lain adalah Rhinovirus, Cardiovirus, Apthovirus. Didalam Genus enterovirus terdiri dari Coxsackie A virus, Coxsackie B virus, Echovirus dan Enterovirus.
Penyebab KTM yang paling sering pada pasien rawat jalan adalah Coxsackie A16, sedangkan yang sering memerlukan perawatan karena keadaannya lebih berat atau ada komplikasi sampai meninggal adalah Enterovirus 71. Berbagai enterovirus dapat menyebabkan berbagai penyakit.
EPIDEMIOLOGI:
Penyakit ini sangat menular dan sering terjadi dalam musim panas. KTM adalah penyakit umum/?biasa? pada kelompok masyarakat yang ?crowded? dan menyerang anak-anak usia 2 minggu sampai 5 tahun ( kadang sampai 10 tahun ).
Orang dewasa umumnya kebal terhadap enterovirus. Penularannya melalui kontak langsung dari orang ke orang yaitu melalui droplet, pilek, air liur (oro-oro), tinja, cairan dari vesikel atau ekskreta. Penularan kontak tidak langsung melalui barang, handuk, baju, peralatan makanan, dan mainan yang terkontaminasi oleh sekresi itu. Tidak ada vektor tetapi ada pembawa (?carrier?) seperti lalat dan kecoa. Penyakit KTM ini mempunyai imunitas spesifik, namun anak dapat terkena KTM lagi oleh virus strain Enterovirus lainnya. Masa Inkubasi 2 ? 5 hari.
GAMBARAN KLINIK :
Mula-mula demam tidak tinggi 2-3 hari, diikuti sakit leher (pharingitis), tidak ada nafsu makan, pilek, gejala seperti ?flu? pada umumnya yang tak mematikan. Timbul vesikel yang kemudian pecah, ada 3-10 ulcus dumulut seperti sariawan ( lidah, gusi, pipi sebelah dalam ) terasa nyeri sehingga sukar untuk menelan.
Bersamaan dengan itu timbul rash/ruam atau vesikel (lepuh kemerahan/blister yang kecil dan rata), papulovesikel yang tidak gatal ditelapak tangan dan kaki.
Kadang-kadang rash/ruam (makulopapel) ada dibokong. Penyakit ini membaik sendiri dalam 7-10 hari.
Bila ada muntah, diare atau dehidrasi dan lemah atau komplikasi lain maka penderita tersebut harus dirawat. Pada bayi/anak-anak muda yang timbul gejala berat , harus dirujuk kerumah sakit sebagai berikut :
o Hiperpireksia ( suhu lebih dari 39 der. C).
o Demam tidak turun-turun (?Prolonged Fever?)
o Tachicardia.
o Tachypneu
o Malas makan, muntah atau diare dengan dehidrasi.
o Lethargi
o Nyeri pada leher,lengan dan kaki.
o Serta kejang-kejang.
Komplikasi penyakit ini adalah :
o Meningitis (aseptic meningitis, meningitis serosa/non bakterial)
o Encephalitis ( bulbar )
o Myocarditis (Coxsackie Virus Carditis) atau pericarditis
o Paralisis akut flaksid (?Polio-like illness? )
Satu kelompok dengan penyakit ini adalah :
1. Vesicular stomatitis dengan exanthem (KTM) - Cox A 16, EV 71 (Penyakit ini)
2. Vesicular Pharyngitis (Herpangina) - EV 70
3. Acute Lymphonodular Pharyngitis - Cox A 10
LABORATORIUM :
Sampel ( Spesimen ) dapat diambil dari tinja, usap rektal, cairan serebrospinal dan usap/swab ulcus di mulut/tenggorokan, vesikel di kulit spesimen atau biopsi otak.
Spesimen dibawa dengan ?Hank?s Virus Transport?. Isolasi virus dencara biakan sel dengan suckling mouse inoculation.
Setelah dilakukan ?Tissue Culture?, kemudian dapat diidentifikasi strainnya dengan antisera tertentu / IPA, CT, PCR dll. Dapat dilakukan pemeriksaan antibodi untuk melihat peningkatan titer.
Diagnosa Laboratorium adalah sebagai berikut :
1. Deteksi Virus :
o Immuno histochemistry (in situ)
o Imunofluoresensi antibodi (indirek)
o Isolasi dan identifikasi virus.
Pada sel Vero ; RD ; L20B
Uji netralisasi terhadap intersekting pools
Antisera (SCHMIDT pools) atau EV-71 (Nagoya) antiserum.
2. Deteksi RNA :
RT-PCR
Primer : 5? CTACTTTGGGTGTCCGTGTT 3?
5? GGGAACTTCGATTACCATCC 3?
Partial DNA sekuensing (PCR Product)
3. Serodiagnosis :
Serokonversi paired sera dengan uji serum netralisasi terhadap virus EV-71 (BrCr, Nagoya) pada sel Vero.
Uji ELISA sedang dikembangkan.
Sebenarnya secara klinis sudah cukup untuk mendiagnosis KTM, hanya kita dapat mengatahui apakah penyebabnya Coxsackie A-16 atau Enterovirus 71.
TATALAKSANA :
o Istirahat yang cukup
o Pengobatan spesifik tidak ada.
o Dapat diberikan :
Immunoglobulin IV (IGIV), pada pasien imunokompromis atau neonatus
Extracorporeal membrane oxygenation.
o Pengobatan simptomatik :
Antiseptik didaerah mulut
Analgesik misal parasetamol
Cairan cukup untuk dehidrasi yang disebabkan sulit minum dan karena demam
Pengobatan suportif lainnya ( gizi dll )
Penyakit ini adalah ?self limiting diseases? ( berobat jalan ) yang sembuh dalam 7-10 hari, pasien perlu istirahat karena daya tahan tubuh menurun. Pasien yang dirawat adalah yang dengan gejala berat dan komplikasi tersebut diatas.
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT:
Penyakit ini sering terjadi pada masyarakat dengan sanitasi yang kurang baik. Pencegahan penyakit adalah dengan menghilangkan ?Overcrowding?, kebersihan (Higiene dan Sanitasi). Lingkungan dan perorangan misal cuci tangan, desinfeksi peralatan makanan, mainan, handuk yang memungkinkan terkontaminasi.
Bila perlu anak tidak bersekolah selama satu minggu setelah timbul rash sampai panas hilang. Pasien sebenarnya tak perlu diasingkan karena ekskresi virus tetap berlangsung beberapa minggu setelah gejala hilang, yang penting menjaga kebersihan perorangan.
Di Rumah sakit ? Universal Precaution? harus dilaksanakan.
Penyakit ini belum dapat dicegah dengan vaksin (Imunisasi)
UPAYA PEMERINTAH DALAM HAL INI :
Meningkatkan survailans epidemiologi (perlu definisi klinik)
Memberikan penyuluhan tentang cara-cara penularan dan pencegahan KTM untuk memotong rantai penularan.
Memberikan penyuluhan tentang tamda-tanda dan gejala KTM
Menjaga kebersihan perorangan.
Bila anak tidak dirawat, harus istirahat di rumah karena :
o Daya tahan tubuh menurun.
o Tidak menularkan kebalita lainnya.
Menyiapkan sarana kesehatan tentang tatalaksana KTM termasuk pelaksanaan ?Universal Precaution?nya.
Hand-Foot-Mouth Disease (HFMD)
Etiologi : Coxsackievirus A 16
Cara Penularan : Droplets
Masa Inkubasi : 4 ? 6 Hari
Manifestasi Klinis :
Masa prodromal ditandai dengan panas subfebris, anoreksia, malaise dan nyeri tenggorokan yang timbul 1 ? 2 hari sebelum timbul enantem. Enantem adalah manifestasi yang paling sering pada HFMD. Lesi dimulai dengan vesikel yang cepat menjadi ulkus dengan dasar eritem, ukuran 4-8 mm yang kemudian menjadi krusta, terdapat pada mukosa bukal dan lidah serta dapat menyebar sampai palatum uvula dan pilar anterior tonsil. Eksantema tampak sebagai vesiko pustul berwarna putih keabu-abuan, berukuran 3-7 mm terdapat pada lengan dan kaki, pada permukaan dorsal atau lateral, pada anak sering juga terdapat di bokong. Lesi dapat berulang beberapa minggu setelah infeksi, jarang menjadibula dan biasanya asimptomatik, dapat terjadi rasa gatal atau nyeri pada lesi. Lesi menghilang tanpa bekas.
Diagnosis :
Manifestasi klinis dan isolasi virus dengan preparat Tzank.
Diagnosis Banding : Varisela, herpes
Terapi : Simptomatis
"Flu Singapura" sebenarnya adalah penyakit yang didunia kedokteran dikenal sebagai Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) atau penyakit Kaki, Tangan dan Mulut ( KTM )
Penyakit KTM ini adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus RNA yang masuk dalam famili Picornaviridae (Pico, Spanyol = kecil ), Genus Enterovirus ( non Polio ). Genus yang lain adalah Rhinovirus, Cardiovirus, Apthovirus. Didalam Genus enterovirus terdiri dari Coxsackie A virus, Coxsackie B virus, Echovirus dan Enterovirus.
Penyebab KTM yang paling sering pada pasien rawat jalan adalah Coxsackie A16, sedangkan yang sering memerlukan perawatan karena keadaannya lebih berat atau ada komplikasi sampai meninggal adalah Enterovirus 71. Berbagai enterovirus dapat menyebabkan berbagai penyakit.
EPIDEMIOLOGI:
Penyakit ini sangat menular dan sering terjadi dalam musim panas. KTM adalah penyakit umum/?biasa? pada kelompok masyarakat yang ?crowded? dan menyerang anak-anak usia 2 minggu sampai 5 tahun ( kadang sampai 10 tahun ). Orang dewasa umumnya kebal terhadap enterovirus. Penularannya melalui kontak langsung dari orang ke orang yaitu melalui droplet, pilek, air liur (oro-oro), tinja, cairan dari vesikel atau ekskreta. Penularan kontak tidak langsung melalui barang, handuk, baju, peralatan makanan, dan mainan yang terkontaminasi oleh sekresi itu. Tidak ada vektor tetapi ada pembawa (?carrier?) seperti lalat dan kecoa. Penyakit KTM ini mempunyai imunitas spesifik, namun anak dapat terkena KTM lagi oleh virus strain Enterovirus lainnya. Masa Inkubasi 2 ? 5 hari.
GAMBARAN KLINIK :
Mula-mula demam tidak tinggi 2-3 hari, diikuti sakit leher (pharingitis), tidak ada nafsu makan, pilek, gejala seperti ?flu? pada umumnya yang tak mematikan. Timbul vesikel yang kemudian pecah, ada 3-10 ulcus dumulut seperti sariawan ( lidah, gusi, pipi sebelah dalam ) terasa nyeri sehingga sukar untuk menelan.
Bersamaan dengan itu timbul rash/ruam atau vesikel (lepuh kemerahan/blister yang kecil dan rata), papulovesikel yang tidak gatal ditelapak tangan dan kaki.
Kadang-kadang rash/ruam (makulopapel) ada dibokong. Penyakit ini membaik sendiri dalam 7-10 hari.
Bila ada muntah, diare atau dehidrasi dan lemah atau komplikasi lain maka penderita tersebut harus dirawat. Pada bayi/anak-anak muda yang timbul gejala berat , harus dirujuk kerumah sakit sebagai berikut :
o Hiperpireksia ( suhu lebih dari 39 der. C).
o Demam tidak turun-turun (?Prolonged Fever?)
o Tachicardia.
o Tachypneu
o Malas makan, muntah atau diare dengan dehidrasi.
o Lethargi
o Nyeri pada leher,lengan dan kaki.
o Serta kejang-kejang.
Komplikasi penyakit ini adalah :
o Meningitis (aseptic meningitis, meningitis serosa/non bakterial)
o Encephalitis ( bulbar )
o Myocarditis (Coxsackie Virus Carditis) atau pericarditis
o Paralisis akut flaksid (?Polio-like illness? )
Satu kelompok dengan penyakit ini adalah :
1. Vesicular stomatitis dengan exanthem (KTM) - Cox A 16, EV 71 (Penyakit ini)
2. Vesicular Pharyngitis (Herpangina) - EV 70
3. Acute Lymphonodular Pharyngitis - Cox A 10
LABORATORIUM :
Sampel ( Spesimen ) dapat diambil dari tinja, usap rektal, cairan serebrospinal dan usap/swab ulcus di mulut/tenggorokan, vesikel di kulit spesimen atau biopsi otak.
Spesimen dibawa dengan ?Hank?s Virus Transport?. Isolasi virus dencara biakan sel dengan suckling mouse inoculation.
Setelah dilakukan ?Tissue Culture?, kemudian dapat diidentifikasi strainnya dengan antisera tertentu / IPA, CT, PCR dll. Dapat dilakukan pemeriksaan antibodi untuk melihat peningkatan titer.
Diagnosa Laboratorium adalah sebagai berikut :
1. Deteksi Virus :
o Immuno histochemistry (in situ)
o Imunofluoresensi antibodi (indirek)
o Isolasi dan identifikasi virus.
Pada sel Vero ; RD ; L20B
Uji netralisasi terhadap intersekting pools
Antisera (SCHMIDT pools) atau EV-71 (Nagoya) antiserum.
2. Deteksi RNA :
RT-PCR
Primer : 5? CTACTTTGGGTGTCCGTGTT 3?
5? GGGAACTTCGATTACCATCC 3?
Partial DNA sekuensing (PCR Product)
3. Serodiagnosis :
Serokonversi paired sera dengan uji serum netralisasi terhadap virus EV-71 (BrCr, Nagoya) pada sel Vero.
Uji ELISA sedang dikembangkan.
Sebenarnya secara klinis sudah cukup untuk mendiagnosis KTM, hanya kita dapat mengatahui apakah penyebabnya Coxsackie A-16 atau Enterovirus 71.
TATALAKSANA :
o Istirahat yang cukup
o Pengobatan spesifik tidak ada.
o Dapat diberikan :
Immunoglobulin IV (IGIV), pada pasien imunokompromis atau neonatus
Extracorporeal membrane oxygenation.
o Pengobatan simptomatik :
Antiseptik didaerah mulut Analgesik misal parasetamol Cairan cukup untuk dehidrasi yang disebabkan sulit minum dan karena demam Pengobatan suportif lainnya ( gizi dll )
Penyakit ini adalah ?self limiting diseases? ( berobat jalan ) yang sembuh dalam 7-10 hari, pasien perlu istirahat karena daya tahan tubuh menurun. Pasien yang dirawat adalah yang dengan gejala berat dan komplikasi tersebut diatas.
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT:
Penyakit ini sering terjadi pada masyarakat dengan sanitasi yang kurang baik. Pencegahan penyakit adalah dengan menghilangkan ?Overcrowding?, kebersihan (Higiene dan Sanitasi). Lingkungan dan perorangan misal cuci tangan, desinfeksi peralatan makanan, mainan, handuk yang memungkinkan terkontaminasi.
Bila perlu anak tidak bersekolah selama satu minggu setelah timbul rash sampai panas hilang. Pasien sebenarnya tak perlu diasingkan karena ekskresi virus tetap berlangsung beberapa minggu setelah gejala hilang, yang penting menjaga kebersihan perorangan.
Di Rumah sakit ? Universal Precaution? harus dilaksanakan.
Penyakit ini belum dapat dicegah dengan vaksin (Imunisasi)
UPAYA PEMERINTAH DALAM HAL INI :
Meningkatkan survailans epidemiologi (perlu definisi klinik)
Memberikan penyuluhan tentang cara-cara penularan dan pencegahan KTM untuk memotong rantai penularan.
Memberikan penyuluhan tentang tamda-tanda dan gejala KTM
Menjaga kebersihan perorangan.
Bila anak tidak dirawat, harus istirahat di rumah karena :
o Daya tahan tubuh menurun.
o Tidak menularkan kebalita lainnya.
Menyiapkan sarana kesehatan tentang tatalaksana KTM termasuk pelaksanaan ?Universal Precaution?nya.
Hand-Foot-Mouth Disease (HFMD)
Etiologi : Coxsackievirus A 16
Cara Penularan : Droplets
Masa Inkubasi : 4 ? 6 Hari
Manifestasi Klinis :
Masa prodromal ditandai dengan panas subfebris, anoreksia, malaise dan nyeri tenggorokan yang timbul 1 ? 2 hari sebelum timbul enantem. Enantem adalah manifestasi yang paling sering pada HFMD. Lesi dimulai dengan vesikel yang cepat menjadi ulkus dengan dasar eritem, ukuran 4-8 mm yang kemudian menjadi krusta, terdapat pada mukosa bukal dan lidah serta dapat menyebar sampai palatum uvula dan pilar anterior tonsil. Eksantema tampak sebagai vesiko pustul berwarna putih keabu-abuan, berukuran 3-7 mm terdapat pada lengan dan kaki, pada permukaan dorsal atau lateral, pada anak sering juga terdapat di bokong. Lesi dapat berulang beberapa minggu setelah infeksi, jarang menjadibula dan biasanya asimptomatik, dapat terjadi rasa gatal atau nyeri pada lesi. Lesi menghilang tanpa bekas.
Diagnosis :
Manifestasi klinis dan isolasi virus dengan preparat Tzank.
Diagnosis Banding : Varisela, herpes
Terapi : Simptomatis

---o0o---

Buka kaca mobil anda sebelum berkendaran !!!

Jika Anda seorang yg mengendarai mobil silakan buka jendela
setelah Anda masuk mobil dan jangan terburu-buru menyalakan
AC. Hal ini dilakukan agar udara yg ada di dalam mobil bisa
segera keluar dan tergantikan dengan udara yg lebih segar.
Ternyata udara yg ada di dalam mobil (saat diparkir)
mengandung Benzene/Bensol. Darimanakah Benzene ini berasal??

Menurut penelitian yang dilakukan oleh UC, dashboard mobil,
sofa, air freshener akan memancarkan Benzene, hal ini bisa
disebabkan oleh suhu ruangan yg meninggi. (hati2 bila
mencium bau plastik terbakar di dalam mobil anda, segera cek
asal bau tersebut). Kalau tidak salah saya pernah membaca
thread tentang bahaya action figure yg kebakar di dalam
mobil.. Artikel ini berhubungan dengan thread tersebut (maaf
sampai sekarang saya belum bisa menemukan thread tersebut).

Tingkat Benzene yang dapat diterima dalam ruangan adalah 50?
mg per sq ft. Sebuah mobil yg parkir di ruangan dengan?
jendela tertutup akan berisi 400-800 mg dari Benzene. Jika?
parkir di luar rumah di bawah sinar matahari pada suhu di?
atas 60 derajat F, tingkat Benzene berjalan sampai 2000-4000?
mg, 40 kali dengan tingkat yang dapat diterima ..?
Orang-orang di dalam mobil pasti akan menyedot kelebihan?
jumlah toksin.?

***Bahaya Benzene...***

Efek singkat menghirup high level benzene dapat
mengakibatkan kematian, sedangkan menghirup low level
benzene dapat menyebabkan kantuk, pusing, mempercepat denyut
jantung, sakit kepala, tremors, kebingungan, dan ketidaksadaran.

Long term efeknya bisa menyebabkan kerusakan pada sumsum tulang
dan dapat menyebabkan penurunan sel darah merah, yang
mengarah ke anemia. Ia juga dapat menyebabkan perdarahan
yang berlebihan dan menurunkan system kekebalan,
meningkatkan kesempatan infeksi, menyebabkan leukemia dan
lainnya yang terkait dengan kanker darah dan pra-kanker dari darah.**

Benzene adalah toksin yang menyerang hati, ginjal,
paru-paru, jantung dan otak dan dapat menyebabkan kerusakan
kromosonal. Saat ini sedang diadakan penelitian tentang
pengaruh benzene terhadap tingkat kesuburan pria dan wanita.**?

Benzene adalah racun yg berbahaya karena tubuh kita kesulitan untuk
mengeluarkan jenis racun* ini.*?

Karena itu sangat disarankan agar Anda membuka jendela dan pintu untuk?
memberikan waktu pada udara yg ada di dalam agar keluar,
sebelum Anda masuk.*?

Semoga bermanfaat.. ..?

Rabu, 01 April 2009

OHSAS 18001:2007

Standar OHSAS 18001:2007 yang dipublikasikan pada bulan Juli 2007 ini lebih
berorientasi kepada hasil dibandingkan dengan versi sebelumnya. Standar ini disesuaikan
dengan ISO 9001:2000 dan ISO 14001:2004, sehingga memungkinkan untuk melakukan
sistem manajemen secara terpadu.
Apa yang berubah?
Standar OHSAS yang baru sangat berbeda dengan versi sebelumnya dengan perubahan
sebagai berikut:
1. Pentingnya "kesehatan" sekarang lebih ditekankan dan diseimbangkan dengan
keselamatan".
2. Lebih fokus kepada kesehatan dan keselamatan kerja, tidak termasuk aset, keamanan,
dan lain-lain.
3. Istilah "insiden" digunakan menggantikan "kecelakaan".
4. Elemen-elemen perilaku, kemampuan dan faktor-faktor manusia lainnya harus
dipertimbangkan dalam melakukan identifikasi bahaya-bahaya, penilaian risiko,
menetapkan pengendalian risiko dan akhirnya mempertimbangkan kompetensi,
pelatihan dan kepedulian.
5. Persyaratan baru:
a. delegasi pengendalian sebagai bagian dari perencanaan K3.
b. manajemen perubahan.
c. partisipasi dan konsultasi.
d. "evaluasi kesesuaian", seperti pada ISO 14001.
e. penyelidikan kejadian.
6. OHSAS 18001 sekarang mengacu sebagai standar, bukan spesifikasi atau dokumen
seperti pada edisi sebelumnya.
7. Definisi baru ditambahkan:
a. "insiden", "risiko", "penilaian risiko", dan definisi yang sudah ada
dirubah.
b. "risiko yang dapat ditolerir" menjadi "risiko yang dapat diterima".
definisi istilah "bahaya" tidak lagi mengacu kepada "kerusakan
properti atau kerusakan kepada lingkungan kerja".
"Kerusakan" tidak secara langsung berhubungan dengan manaje-
men kesehatan dan keselamatan kerja, melainkan termasuk da-
lam manajemen aset.
Secara ringkas, OHSAS 18001:2007 lebih kompatibel dengan ISO 14001:2004 dan ISO
9001:2000.
Periode transisi selama dua tahun
Organisasi yang telah mendapatkan sertifikat OHSAS 18001 memiliki masa transisi
selama dua tahun sampai dengan 1 Juli 2009. Organisasi sebaiknya segera menerapkan
peningkatan dan penyesuaian dan mendapatkan manfaat dari perubahan standar baru ini.
Perlu diperhatikan bahwa OHSAS 18001:2007 bukan merupakan obat yang dapat
menyelesaikan semua masalah kesehatan dan keselamatan kerja di suatu perusahaan,
namun merupakan cara yang baik yang diterima secara global dalam memperbaiki
lingkungan kerja dan peningkatan berkelanjutan melalui suatu sistem manajemen yang
terpadu.
OHSAS 18001 dapat diadopsi oleh setiap organisasi yang ingin menerapkan prosedur
formal untuk menurunkan tingkat risiko terkait kesehatan dan keselamatan kerja
karyawan, pelanggan dan umum.
Perbandingan OHSAS 18001:2007 dengan OHSAS 18001:1999

Senin, 09 Maret 2009

Battery Rebuilding Manual & Supplies for Reconditioning:







The first thing that you must realize is that all batteries cannot be rebuilt. They must undergo a few simple tests to determine their present condition.
You will need some simple equipment and supplies in order to perform the required tests and to recondition the batteries:
1. A DC voltmeter.
2. An automotive battery load tester. It comes with full instructions from the manufacturer.
3. A battery Hydrometer.
4. A small electric drill.
5. A good quality battery charger.
6. A pair of homemade wire probes to clip to the test leads on your voltmeter. These are used to test each cell in the battery. They should be about eight inches long and can be made from brass brazing rod. This retards corrosion of the probes.
7. A plastic funnel to add the chemicals into each cell.
8. A supply of the China Depot battery treatment chemical to dissolve the buildup of sulfates in the bottom of the battery.
9. A stop drill bit to drill holes in the top of sealed batteries.
10. A supply of plastic plugs to seal the holes in the top of the batteries after repairs are completed. A good quality face shield to protect you eyes and face. NEVER WORK ON BATTERIES NEAR AN OPEN FLAME OR WHILE SMOKING. THE GAS FROM THE BATTERY CAN EXPLODE! ALSO, THE BATTERY ACID CAN BURN YOUR SKIN AND CLOTHING. Connecting cables to charge more than one battery at a time in parallel or in series if you have a series charger. Do not overload your charger.
This should cover your equipment and supply needs.
Now we will explain how to evaluate the battery for rebuilding or for scrap.

1. Place the battery on your test bench. Connect your load tester to the positive and negative terminals. The positive terminal is always the larger terminal and should have a + sign on it or next to it. DO NOT HOOK UP BACKWARDS AS YOU COULD DAMAGE THE LOAD TESTER. ALWAYS PUT THE POSITIVE LEAD ON FIRST AND REMOVE IT LAST TO AVOID DANGEROUS SPARKS.

2. Read the voltage shown on the load test meter. If the voltage is less than 12 volts chances are that the battery cannot be rebuilt. In the case of a six-volt battery it should read six volts. A battery that reads a volt less might bear further investigating. While the load tester is still hooked up you should perform a load test. Pressing the button on the tester and watching the needle does the test. Hold the button down for ten or fifteen seconds. If the needle drops like a rock and stays on zero the battery is probably junk. If the needle gradually climbs up to the yellow or green on the load test dial there is a good chance the battery can be rebuilt. Remember that each cell if it is working should read two volts. If the meter only reads ten volts total then you must have a dead cell. We don’t fix dead cells because we don’t take batteries apart.

3. One more set of tests that you can perform just to be sure is the cell test. We do two of them. One with a voltmeter and one with the battery hydrometer. If the battery has caps, pry them off. If it is sealed, drill the holes in the top of each cell with a stop drill so you won't hit the plates and damage them. Make sure all the cells have water covering the top of the plates. This could be the problem to start with.

4. Take the hydrometer and draw up the acid from the first cell. The scale that is marked on the hydrometer will tell you the condition of that cell. Make a note of the reading of that cell. Green is good, White is questionable and red is dead and probably will not come back with the treatment. Notice the color of the electrolyte while you are drawing the electrolyte from the cell. Draw it in and out several times so that you will disturb it and mix it up. This will give you a more accurate reading and also if the color is cloudy brown or black it means that the cell is in bad shape.

5. The voltmeter test is another very reliable test. Take the voltmeter and set in on the range that best reads out for twelve volts or six volts as the case may be. Clip the test leads onto each of the homemade brass probes.

a. Place the positive test lead on the positive terminal of the battery.

b. Stick the negative probe into the first cell next to the positive terminal. It should read approximately two volts. If it does not, record the voltage. Lower than two volts indicates a weak or bad cell.

c. Stick the negative probe into the second cell and stick the positive probe into the first cell that you just tested. Again, it should read approximately two volts. Record the voltage.

d. Follow this procedure right down the line to the last cell. REMEMBER THAT THERE IS ONLY A ZERO READING FROM THE LAST CELL TO THE NEGATIVE POST. Otherwise the total would be fourteen volts and not twelve. You have now pinpointed the low or dead cells in the battery.

e. If you consider the tests to indicate a marginal battery that might come back even though the test indicate it is junk you can perform the following procedure. Make sure all of the cells have water above the plates by at least one quarter of an inch. Add one tablespoon of the chemical reviver to each cell. Place the battery on the charger for one hour at a high rate of charge. Do not boil out the cells. After an hour you can then retest the low cells that you recorded. If they are reading two volts each you may then charge the battery at a low rate for at least twenty-four hours. It is more efficient to charge several batteries at one time on a low charge-using hook up cables. These may be obtained at an automotive supply store.

f. If the battery you are testing passes all of the tests you may then place it on the charger for a long slow charge. It is important to note that most of the batteries on the market today have lead calcium plates in them and when they get discharged down to a very low voltage they require a long slow recharge. YOU MUST ADD ONE TABLESPOON OF OUR CHINA DEPOT BATTERY TREATMENT CHEMICAL PURIFIER INTO EACH CELL TO DISSOLVE THE SULFATES THAT ARE BUILT UP ON THE PLATES.

g. After the battery has been on the low charger for twenty- four hours you should load test it and check the specific gravity of each cell with the hydrometer. All of the cells have to be in the green scale and the battery should load test no lower than the yellow scale on the load tester for a period of ten seconds. Follow the instructions furnished with your particular load tester.

h. The above procedures may seem complicated but they are not. You will learn them very quickly by experience. Do not be afraid to experiment with marginal batteries. Remember that you can load test them to be sure they are reliable and also, that you are giving your customer a twelve-month prorated warrantee on the unit. NEVER ARGUE WITH A CUSTOMER. GIVE HIM ANOTHER BATTERY OR GIVE HIM HIS MONEY BACK. Good customer service is the ONLY way to succeed in the long run; word gets around fast.

i. It is a good idea to save the electrolyte from the batteries that you junk. You may want to add some from time to time. This would be used in the case where you have a perfectly good battery but through someone's carelessness they wore a hole in it and you want to repair the hole and refill that cell. NEVER ADD ACID TO A BATTERY JUST TO SERVICE IT. YOU MIGHT BLOW IT UP! The best way to repair a hole in a battery is to use some fiberglass cloth and a two part epoxy resin repair kit. Just mix up the resin as per instructions and use it to glue several layers of the patch cloth over the hole. It is very important that you clean off the area around the hole with solvent that won't leave a residue (Denatured alcohol) and scratch up the case so the epoxy will stick better. Many a good battery has been saved with this procedure. Most of this is just common sense and always clean the rebuilt batteries with a mild solution of baking soda and water to neutralize the acid, and also clean up the terminals so that every battery looks as good as new.

Minggu, 08 Maret 2009

A Realistic Definition Of Cycle Time

CNC Tech Talk

By Mike Lynch



Many people determine cycle time by measuring cycle start to cycle start time. As the operator presses the cycle start button, he or she starts the stopwatch. The cycle runs and eventually the machine stops. The operator removes the workpiece and loads the next one. As the next cycle is activated, the stopwatch is stopped. The elapsed time on the stopwatch, which includes load/unload, is the cycle time.
While the cycle start to cycle start time is very important, it does not take into consideration those things that do not happen in every cycle. Say, for instance, that you have a 1,000-part production run and the cycle start to cycle start time is precisely three minutes. Will your production run be completed in 3,000 minutes? Unless you've already perfected cycle time reduction for your company, it probably won't. It's likely the actual production run will take much longer.
What causes the difference? There are probably many things the operator is doing that do not occur in every cycle, but these add to the length of time it takes to complete the production run. Tool maintenance, warm-ups, machine cleaning, offset adjustments and even personal time are but a few examples.
Here is a more realistic—though admittedly more difficult to predict—definition of cycle time. Cycle time is the amount of time it takes to complete a production run divided by the number of acceptable workpieces produced. For lack of a better term, we refer to this measure as the throughput time. If our 1,000-piece production run takes 5,000 minutes to complete, throughput time is five minutes.

Too many companies place great emphasis on reducing cycle start to cycle start time, but they pay little or no attention to throughput time. It's not uncommon, for instance, to reduce cycle start to cycle start time by getting more aggressive with speeds and feeds, greater depths of cut, and so on. But the additional tool maintenance time caused by these more aggressive cutting conditions is often overlooked. In reality, attempting to reduce cycle time in this manner may not provide the expected benefit. In fact, increasing cutting conditions to reduce cycle start to cycle start time may even increase the time it takes to complete the production run if tool maintenance must be done while the machine is down.

We urge you to compare cycle start to cycle start time with throughput time for a few of your longer running jobs. You may be very surprised at the difference. It's not a bad idea to document both times right in your CNC program. It is not uncommon to find that throughput time is at least 20 percent longer than cycle start to cycle start time. We've seen it over 50 percent longer!

When it comes to cycle time reduction, target reducing the difference between throughput time and cycle start to cycle start time is a primary goal. Minimize the impact of tool maintenance by moving it off-line (when the machine is not running) or by making maintenance as quick and easy as possible for the operator to perform. Be sure operators have all inserts and other cutting tool components at their fingertips. Be sure operators know they can be making offset adjustments for the purpose of holding size while the machine is running. Machine cleaning and warm-ups can be done while the machine is normally out of production, such as during lunch, breaks or off-shifts. As you study your own cycles and compare them to throughput time, you'll surely come up with ways to save time.




Senin, 23 Februari 2009

Visual Control

The intent of a visual factory is that the whole workplace is set-up with signs, labels, color-coded markings, etc. such that anyone unfamiliar with the process can, in a matter of minutes, know what is going on, understand the process, and know what is being done correctly and what is out of place.
FACTS AND CONCEPTS
There are two types of application in visual factory: displays and controls.
A visual display relates information and data to employees in the area. For example, charts showing the monthly revenues of the company or a graphic depicting a certain type of quality issue that group members should be aware of.
A visual control is intended to actually control or guide the action of the group members. Examples of controls are readily apparent in society: stop signs, handicap parking signs, no smoking signs, etc.
This is in contrast to previous workplace rules, which dictated that performance data should be retained as "management secrets", for the sole consumption of managers who knew what do with the numbers.
Visual controls describe workplace safety, production throughput, material flow, quality metrics, or other information.
The most important benefit of a visual factory is that it shows when something is out of place or missing.
Visual displays and controls help keep things running as efficiently as they were designed to run. The efficient design of the production process that results from lean manufacturing application carries with it a set of assumptions. The process will be as successful as it was designed to be as long as the assumptions hold true. A factory with expansive visual display and control applications will allow employees to immediately know when one of the assumptions has not held true.
Audio signals in the factory are also very important because they signal malfunctioning equipment, sound warnings before the start of machine operation, or other useful information.
Visual management is an important support for cellular manufacturing. Visual management techniques express information in a way that can be understood quickly by everyone.
Sharing information through visual tools helps keep production running smoothly and safely. Shop floor teams are often involved in devising and implementing these tools through 5S and other improvement activities.
Visual information can also help prevent mistakes. Color coding is a form of visual display often used to prevent errors. Shaded "pie slices" on a dial gauge tell the viewer instantly when the needle is out of the safe range. Matching color marks is another approach that can help people use the right tool or assemble the right part.
EXAMPLES OF VISUAL APPLICATIONS
color-coded pipes and wires
painted floor areas for good stock, scrap, trash, etc.
shadow boards for parts and tools
indicator lights
workgroup display boards with charts, metrics, procedures, etc.
production status boards
direction of flow indicators

DEFENSIVE DRIVER BEHAVIOUR

Tujuan DDB adalah untuk menghindarkan terjadinya kecelakaan kendaraan bermotor dimanapun dan kapanpun. Keselamatan adalah ku...